Nama darah dagingnya adalah Partomo, sebuah nama yang dalam istilah Jawa Kuno sering dimaknai dengan "yang pertama" adalah sebuah pemberian dari orang tuanya berdasar pada pemberian sesepuh yang tinggal di daerah Jawa. Dekat dengan PP Salafiyah Syafi'iyah Sukorejo.
Selain makna di atas, nama tersebut juga bisa diberi makna sebagai "pemula" atau juga bisa dengan "pencipta". Dalam hal ini bukan penciptaan yang disetarakan dengan Tuhan melainkan sebuah pengharapan agar yang mempunyai nama tersebut bisa menjadi pencipta atau penemu hal-hal baru. Atau juga bisa "yang memulai untuk membuat sesuatu yang baru".
Selain itu, nama tersebut bisa dimaksudkan dengan "yang menjadi terdepan/ ada pada barisan terdepan". Tentu harapan dari semua pengertian di atas adalah berorientasi pada kebaikan dan kemanfaatan.
Ia lahir dan besar di sebuah pulau di kabupaten Sumenep, tepatnya di Desa Bancamara, Kecamatan Dungkek. Orang-orang menyebut pulau tersebut dengan sebutan pulau dengan kadar oksigen terbaik kedua setelah Yordania. Suatu kebanggaan bisa lahir dari pulau yang banyak dikenal oleh dunia.
Lahir pada bulan Ramadan tetap tidak menjadikan namanya ditambah dengan Ramadan atau Ramadani. Keluarganya lebih menyukai nama klasik untuk anak lelakinya. Hal ini tidak terjadi dengan kedua saudarinya, nama-nama kedua saudarinya diambil dari bahasa Arab yang indah dan bermakna. Namun ia tak pernah mengeluh dengan nama darah dagingnya. Bahkan sangat berterima kasih kepada keluarganya. Dengan nama tersebut, teguh pendirian dalam dirinya untuk selalu menjadi yang pertama, menjadi yang memulai pertama kali, dan menjadi yang terdepan untuk membuat perubahan.
Setelah memulai tekadnya untuk belajar menulis, setelah menjadi santri baru di Pondok Pesantren Annuqayah Latee pada tahun 2015, dia mulai menyukai penggunaan nama pena pada sebuah mahakarya. Hingga dia menemukan nama yang tidak biasa, yang sampai saat ini masih melekat pada tulisan-tulisannya di media.
Ibnu Muawiyah, nama yang terinspirasi dari putra Muawiyah yaitu Abdullah bin Muawiyah (bukan yazid bin Muawiyah) yang punya kelebihan dalam bidang agama. Tidak seperti saudaranya (yazid), Abdullah lebih sederhana dan lebih alim dalam urursan agama.
Namun ada yang lebih krusial bagi pengambilan nama pena Ibnu Muawiyah yang terinspirasi dari putra Muawiyah tersebut yaitu bahwa saya terlahir dari seorang ibu yang luar biasa kuat dan tabah dengan segala kesusahan hidup. Namanya adalah Mawiyah. Seorang ibu rumah tangga yang sangat kuat dan tangguh. Terutama ketika bertekad menjadikan saya mengenyam pendidikan setinggi mungkin.